Makalah Pencak Silat dan Perkembangannya

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pencak silat adalah kata mejemuk. Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara, yakni kelompok masyarakat etnis  yang merupakan penduduk asli Negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa, Madura, dan Bali, sedangkan Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya maupun di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta di Thailand (bagian Selatan), bdan Filipina. Penggabungan kata pencak dan silat menjadi kata majemuk untuk pertama kalinya dilakukan pada waktu dibentuk suatu organisasi persatuan dan perguruan Pencak dan perguruan Silatdi Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di Surakarta. Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliran Merpati Putih dan di Jawa Timur ada aliran Perisai Diri.Setiap empat tahun di Indonesia ada pertandingan pencak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pencak silat juga dipertandingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indonesia juga ada banyak penggemar pencak silat seperti di Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika.
Sejak saat itu, pencak silat menjadi istilah resmi di Indonesia.perguruan-perguruan yang mengajarkan Pencak dan Silat asal Indonesia di berbagai Negara kemudian juga menggunakan istilah Pencak Silat. Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sjak dibentuknya Organisasi Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa, disingkat PERSILAT, di Jakarta pada tahun 1980. Walaupun demikian, karena kebiasaan kata Pencak dan Silat masih digunakan secara terpisah. Dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat beberapa hal sekitar Pencak Silat yang meliputi sejarah perkembangan, teknik dasar pencak silat, dan beberapa hal lainnya
BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENCAK SILAT


A.    Pengertian Pencak Silat
Pencak silat merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dan berkembang ke manca negara. Walau sejarah tidak bisa menunjukkan secara pasti kapan lahirnya pencak silat, namun pencak silat sudah lahir di bumi pertiwi sejak peradaban manusia. Sejak jaman pra sejarah sudah lahir  ilmu beladiri yang sederhana guna mempertahankan hidup dari ganasnya alam.
            Pencak Silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang memerlukan banyak konsentrasi berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas lebih dikenal di negara-negara Asia, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, dan Thailand. Di Indonesia sendiri terdapat induk organisasi pencak silat yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia atau yang lebih dikenal dengan IPSI. Sedangkan suatu organisasi yang mewadahi dan memfasilitasi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa atau PERSILAT yang merupakan bentukan dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sedangkan menurut versi lain, pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Dimana setiap konsentrasi dipengaruhi oleh kebudayaan. Sehingga tiap daerah memiliki cirri khas dan aliran pencak silat. Misalnya pencak silat dari daerah Jawa Barat yang terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong. Di Jawa Tengah terkenal dengan aliran Merpati Putih. Sedangkan di Jawa Timur dengan aliran Perisai Diri.
Secara etimologi,Isti’lah silat lebih dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi khusus di Indonesia isti’lah yang digunakan adalah pencak silat. Isti’lah ini digunakan untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang berkembang pesat di Indonesia. Nama pencak digunakan di Jawa, sedangkan silat digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Kalimantan. Perbedaan dan cirri khas dari kata pencak dan silat adalah bahwa pencak lebih mengedepankan unsur seni dan penampilan keindahan gerakan, sedangkan silat adalah inti ajaran bela diri dalam pertarungan.




  1. Sejarah Singkat
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal itulah catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak. Seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.

Pencak Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera danSemenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah seperti berada di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek.

Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Bahkan sesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya.

Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.

Perkembangan dan penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual.

Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. . Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, danPersekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama.

Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur. Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu.

C.     Perkembangan Pencak Silat Pada Zaman Sebelum Penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.

Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.

  1. Perkembangan Pencak Silat Pada Zaman Penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan.

Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.

E.      Perkembangan Pencak Silat Pada Zaman Kependudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang.

Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita. Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.

F.    Perkembangan Pencak Silat Pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional.

Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro. Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.

G.     Perkembangan Pencak Silat di Dunia
Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional.

Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria. Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. KejuaraanDunia terakhir ialah pada 2002 mengambil tempat di Penang, Malaysia pada Desember 2002.


BAB III
KATEGORI DAN PENGGOLONGAN PERTANDINGAN


  1. Kategori Pertandingan


Kategori Pertandingan Pencak Silat Indonesia dilakukan berdasarkan rasa persaodaraan dan jiwa kesatria dengan menggunakan unsur-unsur beladiri, seni dan olahraga Pencak Silat menjungjung tinggi PRASETYA PESILAT INDONESIA.
Pertandingan dimainkan sesuai dengan ketentuan kategori yang diatur dalam peraturan pertandingan dan dipimpin oleh ketua pelaksana teknis pertandingan yang sah.
Kategori pertandingan Pencak Silat terdiri dari :
1.     Kategori TANDING
2.     Kategori TUNGGAL
3.     Kategori GANDA
4.     Kategori REGU
Untuk dapat melaksanakan pertandingan silat sesuai dengan magsud dan tujuannya, ditetapkanlah peraturan pertandingan sebagai berikut :


Pengertian Setiap Kategori
A.    Kategori TANDING adalah :
Kategori yang menampilkan dua orang pesilat dari sudut yang berbeda. Keduanya salingberhadapan menggunkan unsur pembelaan dan serangan yaitu : menangkis/mengelak, mengena/menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan ; menggunakan teknuk dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangar juang, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus.


B.    Kategori TUNGGAL adalah :
Kategori yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori tunggal.

C.    Kategori  GANDA adalah :
Kategori yang menampilkan dua orang pesilat dari tim yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serangan bela yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estentis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seni tanf teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan yang dumulai dari tangan kosong dan lanjutkan dengan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk lategori ganda.


D.    Kategori REGU adalah :
Kategori yang menampilkan tiga orang pesilat dari tim yang sama memperagakan kemahirannya dakam jurus regu baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori regu.


  1. Penggolongan Pertandingan dan Ketentuan Tentang Umur serta Berat Badan


1.      Penggolonga Pertandingan Pencak Silat Menurut umur dan jenis kelamin untuk semua kategori terdiri dari :
1.1 pertandingan golongan USIA DINI/ANAK-ANAK/TUNAS HARAPAN untuk Putra dan Putri, berumur 10 tahun s/d 12 tahun.
1.2  Pertandingan Golongan  PRA REMAJA untuk Putra dan Putri, berumur diatas 12 tahun s/d 14 tahun.
1.3  Pertandingan Golongan REMAJA unruk Putra dan Putri, Berumur diatas 14 tahun s/d 17 tahun.
1.4  Pertandingan Golongan DEWASA untuk Putra dan Putri, berumur diatas 17 tahun s/d 35 tahun
1.5 Pertandungan Golongan MASTER/PENDEKAR untuk Putra dan Putri, berumur diatas 17 tahun s/d 35 tahun (single Event).
2.  Kebenaran tentang umur pesilat yeng mengikuti pertandingan dibuktikan dengan Akte Kelahiran/ Ijazah / Paspor yang asli atau potocopy yang sudah dilegalisir.


3.      Umur pesilat harus sesuai dengan penggolongan umur peserta (Usia dini, Pra remaja, Remaja, Dewasa, dan Pendekar) dengan berpedoman kepada umur yang bergasangkutan pada bulan pertandingan dimulai, kecuali ada ketentuan lain sepanjang tidak melanggar penggolongan umur peserta.


4.      Pembagian kelas menurut berat badan hanya berlaku untuk kategori TANDING yang dilakukan dengan penimbangan Berat badan.
4.1  Penimbangan
4.1.1       tidak ada toleransi berat badan.
4.1.2       Penibangan dilakukan ± 15 menit sebelum pesilat yang bersangkutan mengikuti pertandingan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
4.1.3      Untuk penimbangan, pesilat harus berpakaian pencak silat yang digunakan untuk bertanding, kering, tanpa sabuk, tanpa pelindung kemaluan dan pelindung sendi.
4.1.4      Pesilat yang tidak memenuhi ketentuan berat badan dalam penimbangan menurut kelas yang diikutinya, dikenakan sangsi diskualifikasi.
4.1.5       Penimbangan hanya dilakukan satu kali dan harus di sanksikan oleh kedua official.
4.1.6    Petugas penimbangan dan kedua official tim harus menanda tangani formulir berat badan penimbangan yang telah disediakan oleh panitia pelaksana.
4.1.7       Petugas penimbangan ditunjug dan ditugaskan oleh panitia.
5.     Pemeriksaan Keterangan Kesehatan
5.1 setiap peserta harus membawa surat keterangan sehat yang sah yaitu surat keterangan sehat yang dikeluarkan oleh dokter dari instansi Rumah Sakit/ Puskesmas yang berwenang (maksimal 1 bulan sebelum pelaksanaan pertandingan).
5.2 Apabila sebelum pertandingan dimulai pesilat tidak dapat menunjukan surat ketetangan    kesehatan akan dikenakan diskualifikasi. (panitia dapat merekomendasikan doket/Rumah Sakit tertentu untuk dilakukan check kesehatan dinegara/kota tersebut dengan biaya ditanggung tim yang bersangkutan).


  • Kategori dan Kelas Pertandingan Usia Dini


1.        Kategori dan Kelas Pertandingan untuk Usia Dini :
1.1    TANDING PUTRA terdiri dari :
1.1.1  kelas A           26 kg s/d 28 kg
1.1.2  kelas B di atas 28 kg s/d 30 kg
1.1.3  kelas C di atas 30 kg s/d 32 kg
1.1.4  kelas D di atas 32 kg s/d 34 kg
1.1.5  kelas E di atas 34 kg s/d 36 kg
1.1.6  kelas F di atas 36 kg s/d 38 kg
1.1.7  kelas G di atas 38 kg s/d 40 kg
1.1.8  kelas H di atas 40 kg s/d 42 kg
1.1.9  kelas I di atas 42 kg s/d 44 kg
1.1.10  kelas J di atas 44 kg s/d 46 kg
1.1.11  kelas K di atas 46 kg s/d 48 kg
1.1.12  kelas L di atas 48 kg s/d 50 kg
1.1.13  kelas bebas di atas 50 kg s/d 56 kg


1.2 TANDING PUTRI
1.1.1  kelas A          26 kg s/d 28 kg
1.1.2  kelas B diatas 28 kg s/d 30 kg
1.1.3  kelas C diatas 30 kg s/d 32 kg
1.1.4  kelas D diatas 32 kg s/d 34 kg
1.1.5  kelas E diatas 34 kg s/d 36 kg
1.1.6  kelas F diatas 36 kg s/d 38 kg
1.1.7  kelas G diatas 38 kg s/d 40 kg
1.1.8  kelas H diatas 40 kg s/d 42 kg
1.1.9  kelas I diatas 42 kg s/d 44 kg
1.1.10  kelas J diatas 44 kg s/d 46 kg
1.1.11  kelas K diatas 46 kg s/d 56 kg
Demikian seterusnya dengan selisih 2 kg sebanyak-banyaknya 12 kelas untuk putra dan 10 kelas untuk putri ditambah kelas bebas.


2.      TUNGGAL terdiri dari :
2.1  Tunggal Putra
2.2  Tunggal Putri
3.       GANDA terdiri dari :
3.1  Ganda Putra
3.2  Ganda Putri
4.      REGU terdiri dari :
4.1  Regu Putra
4.2  Regu putri
5.      Seluruh kategori, Tanding, tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang Pesilat sesuai dengan kelas, golongan dan jenis kelamin.


  • Kategori dan Kelas Pertandingan Pra Remaja


Kategori dan kelas pertandingan untuk pra remaja :
1.      Tanding terdiri dari :
1.1  Tanding Putra
1.1.1 Kelas A          34 kg s/d 37
1.1.2 Kelas B diatas 47 kg s/d 40 kg
1.1.3 Kelas C diatas 40 kg s/d 43 kg
1.1.4 Kelas D diatas 43 kg s/d 46 kg
1.1.5 Kelas E diatas 46 kg s/d 49 kg
1.1.6 Kelas F diatas 49 kg s/d 52 kg
1.1.7 Kelas G diatas 52 kg s/d 55 kg
1.1.8 Kelas H diatas 55 kg s/d 58 kg
1.1.9 Kelas I diatas 58 kg s.d 61 kg
1.1.10 Kelas J diatas 61 kg s/d 64 kg
1.1.11 Kelas K diatas 64 kg s/d 67 kg
1.1.12 Kelas L diatas 67 kg s/d 70 kg
1.1.13 Kelas Bebas diatas 70 kg s/d 79 kg


1.2  Tanding Putri
1.1.1 Kelas A          34 kg s/d 37 kg
1.1.2 Kelas B diatas 37 kg s/d 40 kg
1.1.3 Kelas C diatas 40 kg s/d 43 kg
1.1.4 Kelas D diatas 43 kg s.d 46 kg
1.1.5 Kelas E diatas 46 kg s/d 49 kg
1.1.6 Kelas F diatas 49 kg s/d 52 kg
1.1.7 Kelas G diatas 52 kg s/d 55 kg
1.1.8 Kelas H diatas 55 kg s/d 58 kg
1.1.9 Kelas I diatas 58 kg s/d 61 kg
1.1.10 kelas J diatas 61 kg s/d 64 kg
1.1.11 Kelas Bebas diatas 64 kg s/d 73 kg
Demikian seterusnya dengan selisih 3 kg sebanyak-banyaknya 12 kelas untuk putra dan 10 kelas untuk putri di tambah kelas bebas.
2.    TANDING, TUNGGAL, GANDA dan REGU seperti pembagian kelas untuk dewasa dengan menyesuaikan pada umur peserta.
3.     Seluruh kategori, tanding, Tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang Pesilat sasuai dengan kelas, golongan dan jenis kelamin.


  • Kategori dan Kelas Pertandingan Remaja


Kategori dan kelas pertandingan untuk remaja :
1.     TANDING terdiri atas :
1.1  Tanding Putra
1.1.1 Kelas A          39 kg s/d 43 kg
1.1.2 Kelas B diatas 43 kg s/d 47 kg
1.1.3 Kelas C diatas 47 kg s/d 51 kg
1.1.4 Kelas D diatas 51 kg s/d 55 kg
1.1.5 Kelas E diatas 55 kg s/d 59 kg
1.1.6 Kelas F diatas 59 kg s/d 63 kg
1.1.7 Kelas G diatas 63 kg s/d 67 kg
1.1.8 Kelas H diatas 67 kg s/d 71 kg
1.1.9 Kelas I diatas 71 kg s/d 75 kg
1.1.10 Kelas J diatas 75 kg s/d 79 kg
1.1.11 Kelas K diatas 79 kg s/d 83 kg
1.1.12 Kelas L diatas 83 kg s/d 87 kg
1.1.13 Kelas Bebas diatas 87 kg s/d 99 kg


1.2  Tading Putri
1.1.1 Kelas A          39 kg s/d 43 kg
1.1.2 Kelas B diatas 43 kg s/d 57 kg
1.1.3 Kelas C diatas 47 kg s/d 51 kg
1.1.4 Kelas D diatas 51 kg s/d 55 kg
1.1.5 Kelas E diatas 55 kg s/d 59 kg
1.1.6 Kelas F diatas 59 kg s/d 63 kg
1.1.7 Kelas G diatas 63 kg s/d 67 kg
1.1.8 Kelas H diatas 67 kg s/d 71 kg
1.1.9 Kelas I diatas 71 kg s/d 75 kg
1.1.10 Kelas J diatas 75 kg s/d 79 kg
1.1.11 Kelas Bebas diatas 79 kg s/d 91 kg
Demikian seterusnya dengan selisih 4 kg sebanyak-banyaknya 12 kelas untuk putra dan 10 untuk putri ditambang dengan kelas bebas.
2.     TUNGGAL terdiri dari :
2.1  Tunggal Putra
2.2  Tunggal Putri


3.      GANDA terdiri dari :
3.1  Ganda Putra
3.2  Ganda Putri


4.      REGU terdiri dari :
4.1  Regu Putra
4.2  Regu Putri


  • Kategori dan Kelas Pertandingan Dewasa


Kategori dan kelas pertandingan untuk dewasa :
1. TANDING terdiri atas :
1.1 Tanding Putra
1.1.1 Kelas A                                                         45 kg s/d 50 kg
1.1.2 Kelas B diatas 50 kg s/d 55 kg
1.1.3 Kelas C diatas 55 kg s/d 60 kg
1.1.4 Kelas D diatas 60 kg s/d 65 kg
1.1.5 Kelas E diatas 65 kg s/d 70 kg
1.1.6 Kelas F diatas 70 kg s/d 75 kg
1.1.7 Kelas G diatas 75 kg s/d 80 kg
1.1.8 Kelas H diatas 80 kg s/d 85 kg
1.1.9 Kelas I diatas 85 kg s/d 90 kg
1.1.10 Kelas J diatas 90 kg s/d 95 kg
1.1.11 Kelas Bebas diatas 85 kg


1.2 Tanding Putri
1.1.1 Kelas A          45 kg s/d 50 kg
1.1.2 Kelas B diatas 50 kg s/d 55 kg
1.1.3 Kelas C diatas 55 kg s/d 60 kg
1.1.4 Kelas D diatas 60 kg s/d 65 kg
1.1.5 Kelas E diatas 65 kg s/d 70 kg
1.1.6 Kelas F diatas 70 kg s/d 75 kg
1.1.7 Kelas Bebas diatas 65 kg


2. Tuggal terdiri dari:
1.1 Tunggal Putra
1.2 Tunggal Putri


3.   Ganda terdiri dari :
1.1 Ganda Putra
1.2 Ganda Putri


4.   Regu terdiri atas:
1.1 Regu Putra
1.2 Regu Putri


5.      Seluruh kategori, Tasnding, Tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang pesilat sesuai dengan kelas, golongan dan jenis kelamin.


  • Kategori dan Kelas Pertandingan Pendekar


Kategori dan Kelas Pertandingan untuk pendekar :
1.     TANDING  terdiri atas :
1.1  Tanding Putra
1.1.1 Kelas A          45 kg s/d 50 kg
1.1.2 Kelas B diatas 50 kg s/d 55 kg
1.1.3 Kelas C diatas 55 kg s/d 60 kg
1.1.4 Kelas D diatas 60 kg s/d 65 kg
1.1.5 Kelas E diatas 65 kg s/d 70 kg
1.1.6 Kelas F diatas 70 kg s/d 75 kg
1.1.7 Kelas G diatas 75 kg s/d 80 kg
1.1.8 Kelas H diatas 80 kg s/d 85 kg
1.1.9 Kelas I diatas 85 kg s/d 90 kg
1.1.10 Kelas J diatas 90 kg s/d 95 kg
1.1.11 Kelas Bebas diatas 85 kg


1.2  Tanding Putri
1.2.1 Kelas A          45 kg s/d 50 kg
1.2.2 Kelas B diatas 50 kg s/d 55 kg
1.2.3 Kelas C diatas 55 kg s/d 60 kg
1.2.4 Kelas D diatas 60 kg s/d 65 kg
1.2.5 Kelas E diatas 65 kg s/d 70 kg
1.2.6 Kelas F diatas 70 kg s/d 75 kg
1.2.7 Kelas Bebas diatas 65 kg


2.    TUNGGAL terdiri dari :
1.1 Tunggal Putra
1.2 Tunggal Putri


3.    GANDA terdiri dari :
1.1 Ganda Putra
1.2 Ganda Putri


4.    REGU terdiri dari :
1.1 Regu Putra
1.2 Regu Putri


5. Seluruh kategori, Tanding, Tunggal, Ganda dan Regu dapat diikuti oleh seorang pesilat sesuai dengan kelas, golongan dan jenis kelamin.


  • Perlengkapan Gelangga dan Pertandingan


1.     Gelanggang
Gelanggang dapat dilantai atau dipanggung dan dilapisi matras standar IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) dengan ketebalan 2.5 cm sampai 5 cm, permukaan rata dan tidak memantul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 10 m x 10 m dengan warna dasar hijau terang dan garis berwarna putih sesuai dengan keperluannya, disediakan oelh Komite Pelaksanaan dengan penjelasan sebagai berikut :
1.1  untuk kategori TANDING mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1.1.1       gelanggang pertandingan terdiri dari :
Bidang gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 10 m x 10 m. Bidang tanding berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang dengan garis tengah 8 m.
1.1.2       5 cm kearah dalam.
1.1.3      Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lingkarang dengan garis tengah 3 m, lebar garis 5 cm berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
1.1.4        Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh bidang tanding terdiri atas :
a.      Sudut berwarna biru yang berada disebelah ujung kanan meja pertandingan.
b.     Sudut berwarna merah yang berada diarah diagonal sudut biru.
c.      Sudut berwarna putih yaitu kedua sudut lainnya sebagai sudut netral.
1.2  Untuk kategori TUNGGAL, GANDA dan REGU mengikuti ketentuan sebagai berikut :
Gelanggang penampilan untuk ketiga kategori tersebut adalah bidang gelanggang dengan ukuran 10 m x 10 m
2.     perlengkapan Gelanggang
perlengkapan gelanggang yang wajib disediakan oleh komite Pelaksanaan terdiri atas :
a.      Meja dan Kursi pertandingan
b.     meja dan kursi wasit juri
c.     Formulir pertandingan dan alat tulis
d.     jam pertandingan, gong (alat lainya yang sejenis) dan bel
e.     lampu babak atau alat lainya untuk menentukan babak
f.     Lampu isyarat berwarna, biru, merah dan kuning untuk memberikan isyarat yang diperlukan sesuai dengan proses pertandingan yang berlangsung.
g.     bendera kecil warna merah dan biru bertangkai, masing-masing dengan ukuran 30 cm x 30 cm untuk juri tanding dan bendera  dengan ukuran yang sama warna kuning untuk pengamat waktu.
h.     Papan informasi catatan waktu peragaan pesilat kategori Tungal, Ganda dan Regu.
i.      Tempat senjata
j.       Papan nilai dan alat sytem penilaian digital atau penilaian secara manual.
k.     Timbangan.
l.       Perlengkapan pengeras suara (sound sistem)
m.    Ember dan gelas plastik, kain pel, keset/keset kaki.
n.     Alat perekam suara/gambar, operator dan perlengkapannya (alat lain tidak merupakan alat bukti yang sah dalam menentukan kemenangan)
o.      Papan nama : ketua pertandingan, dewan wasit juri, sekretaris pertandingan, pengamat waktu, dokter pertandingan, juri sesuai dengan urutannya (I s/d V). Bila diperlukan istilah tersebut dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain yang dituliskan dibagian bawah.
p.      Perlengkpan lain yang diperlukan.
Antara lain, dalam keadaan tertentu (penonton terlalu ramai dan suara wasit tidak dapat didengar oleh pesilat) maka wasit dapat menggunkan pengeras/pembesar suara.


BAB IV
PERATURAN PERTANDINGAN


1.      Perlengkapan
1.1           Pakaian
pesilat memakai pakaian Pencak Silat model standar warna hitam sabuk putih. Pada waktu bertanding sabuk putih dilepaskan. Boleh memakai badge badan induk didada sebelah kiri serta diperkenankan memakai bedge IPSI didada kanan, bendera negara dilengan kiri dan mencantumkan logo sponsor yang posisinya dilengan kanan, yang besarnya tidak melebihi bedge IPSI. Nama negara dibagian belakang badan. Disediakan oleh wasit. Tidak mengenakan / memakai aksesoris apapun selain pakaian silat.


Makalah Lainnya


1.2            Pelindung badan dengan ketentuan sebagai berikut :
1.2.1        Pualitas standar IPSI.
1.2.2       Warna hitam
1.2.3       Ukuran 5 macam : Super Extra Besar (XXL), Extra Besar (XL), Besar (L), Sedang (M) dan kecil (S).
1.2.4       Sabuk / bengkung merah dan biru untuk pesilat sebagai tanda pengenal sudut. Ukuran lebar 10 cm dari bahan yang tidak mudah terlipat.
1.2.5        Satu gelanggang memerlukan setidaknya 5 pasang pelindung badan dan disediakan oleh panitia pelaksana.
1.2.6        Pesilat putra/putri menggunakan pelindung kemaluan dari bahan plastik, yang disediakan oleh masing-masing pesilat.
1.2.7       Pelindung sendi, tungkai dan lengan diperkenankan satu lapis dengan ketebalan tidak lebih dari 1 cm dan terbuat dari bahan yang tidak keras.
1.2.8       Diperbolehkan menggunakan join taping.
1.2.9       Diperbolehkan menggunakan pelindung gigi.


2.       Sistem dan tahap pertandingan
2.1   Pertandingan menggunakan sistem gugur, kecuali ditentukan lain oleh IPSI.
2.2   Tahap pertandingan dimulai dari penyisihan, seperempat final, semi final dan final tergantung pada jumlah peserta pertandingan, berlaku untuk semua kelas.
2.3   Setiap kelas diikuti minimal 2 peserta.
3.                Babak pertandingan dan waktu
3.1        Untuk usia dini dan pra remaja
3.1.1        pertandingan dilakukan dalam 2 babak
3.1.2        tiap babak terdiri dari 1,5 menit bersih
3.2  untuk remaja dan dewasa
3.2.1       pertandingan dilakukan dalam 3 babak
3.2.2       tiap babak terdiri atas 2 menit bersih
3.2.3       disetiap babak di berikan waktu istirahat 1 menit
3.2.4       waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak termasuk waktu berhenti bertanding.
3.2.5    Penghitungan terhadap pesilat yang jatuh karna serangan yang sah, tidak termasuk waktu bertanding
3.3        untuk pendekar
3.3.1       pertandingan dilakukan dalam 3 babak
3.3.2       tiap babak terdiri atas 1.5 menit bersih
3.3.3       diantara babak diberikan waktu istirahat 1 menit
3.3.4       waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak termasuk waktu bertanding
3.3.5   penghitung terhadap pesilat yang jatuh karena serangan yang sah, tidak termasuk waktu bertanding


4.       Pendamping Pesilat
4.1  setiap pesilat khusus untuk kategori Tanding, didampingi oleh pendamping pesilat sebanyak-banyaknya 2 orang dan salah satunya memiliki sertifikat pelatih sesuai dengan tingkat kejuaraanya.
4.2  Pakaian pendamping pesilat adalah pencak silat model standar IPSI warna hitam dengan bedge lambang badan induk didada sebelah kiri, serta diperkenankan memakai badge IPSI didada kanan nama negara dibagian punggung dan mengenankan sabuk/bengkung warna orange lebar 10 cm.
4.3  Pendamping pesilat hanya diperkenankan memberikan arahan pada waktu jeda istirahat.
4.4  Salah seorang pendamping pesilat harus berjenis kelamin sama dengan pesilat yang bertanding.


5.      Tata cara pertandingan
5.1  persiapan dimulai pertandingan diawali dengan masuknya wasit dan juri ke gelanggang dari sebelah kanan ketua pertandingan. Sebelum memasuki gelanggang wasit juri memberi hormat dan melapor tentang akan dimulainya pelaksanaan tugas kepada ketua pertandingan.
5.2  Setiap pesilat yang akan bertanding setelah mendapat isarat dari wasit, memasuki gelanggang dari sudut masing-masing, kemudian memberi hormat kepada wasit dan ketua pertandingan, selanjutnya pesilat diperbolehkan melakukan rangkaian gerakan jurus perguruan 5 sampai 10 gerakan kemudian kedua pesilat kembali mengambil tempat disudut yang sudah ditentukan,
5.3  Untuk memulai pertandingan, wasit memanggil kedua pesilat, seterusnya pesilat berjabatan tangan dan siap memulai pertandingan.
5.4  Setelah wasit memeriksa kesiapan semua petugas dengan isyarat tangan, wasit memberi aba-aba kepada kedua pesilat untuk memulai pertandingan.
5.5  Pada waktu istirahat antara babak, pesilat harus kembali kesudut masing-masing, pendamping pesilat melakukan fingsunya sesuai ketentuan pasal 8 ayat 4.3
5.6 Selain wasit dan kedua pesilat, tidak seorang pun berada pada gelanggang kecuali atas permintaan wasit.
5.7 Setelah babak akhir selesai, kedua pesilat kembali kesudut masing-masing atau wasit memanggil kedua pesilat pada saat keputusan pemenang yang akan diumumlan dan pemenang diangkat tangannya oleh wasit, dilanjutkan dengan memberi hormat kepada ketua pertandingan.
5.8 Selesai pemberian hormat, kedua pesilat saling berjabatan tangan dan meninggalkan gelanggang diikuti oleh wasit dan para juri yang memberi hormat dan melaporkan berakhirnya pelaksanaan tugas kepada ketua pertandingan. Wasit dan juri setelah melaporkan meninggalkan gelanggang disebelah kiri meja  ketua pertandingan.


6.       Peraturan Bertanding


6.1   Aturan Bertanding
6.1.1  Pesilat saling berhadapan dengan menggunakan unsur pembelaan dan serangan pencak silat yaitu menangkis/mengelak, mengenakan sasaran dan menjatukan lawan, menerapkan kaidah pencak silat serta mematuhi aturan-aturan yang ditentukan. Yang dimagsud dengan kaidah adalah bahwa dalam mencapai teknik, seorang pesilat harus mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari sikap pasang, langkah serta mengukur jarak terhadap lawan den koordinasi dalam melakukan serangan/pembelaan serta kembali kesikap pasang.
6.1.2 Pembelaan dan serangan yang dilakukan harus berpola dari sikap awal/pasang atau pola langkah, serta adanya koordinasi dalam melakukan serangan dan pembelaan. Setelah melakukan serangan/pembelaan harus kembali kepada sikap awal/pasang dengan tetap menggunakan pola langkah. Wasit akan memberikan aba-aba “LANGKAH” jika seorang pesilat tidak melakukan teknik pencak silat yang semestinya.
6.1.3  Serangan yang dinilai adalah serangan yang menggunakan kaidah, mantap, bertenaga, tidak terhalang oleh tangkisan.


6.2  Aba-aba Pertandingan
6.2.1    Aba-aba “BERSEDIA” digunakan dalam persiapan sebagai peringatan bagi pesilat dan seluruh aparat pertandingan bahwa pertandingan akan segera dimulai.
6.2.2 . Aba-aba “MULAI” digunakan tiap pertandingan dimulai dan akan dilanjutkan, bisa pula dengan isyarat.
6.2.3    Aba-aba “BERHENTI” digunakan untuk menghentikan pertandingan.
6.2.4    Aba-aba “PASANG”, “LANGKAH” dan “SILAT” digunakan untuk pembinaan.
6.2.5     Pada awal dan akhir pertandingan setiap babak ditandai dengan pemukulan gong.


6.3  Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran sah dan bernilai adalah “Togok” yaitu bagian tubuh kecuali leher   keatas dan dari pusat kemaluan :
6.3.1   Dada
6.3.2   Perut (Pusar ke atas)
6.3.3   Rusuk kiri dan kanan
6.3.4   Punggung atau belakang badan
Bagian tungkai dan leher dapat dijadikan sasaran serangan antara dalam usaha menjatuhkan tetapi tidak mempunyai nilai sebagai sasaran perkenaan.


6.4 Larangan
Larangan yang dinyatakan sebagai pelanggaran :
1.     Pelanggaran berat
a.    Menyerang bagian badan yang tidak sah yaitu leher , kepala serta bawah pusar/pusar sampe kemaluan.
b.     Usaha mematahkan persendian secara langsung.
c.     Sengaja melemparkan keluar gelanggang.
d.     Membenturkan menggunakan kepala atau menyerang menggunakan kepala.
e.      Menyerang lawan sebelum aba-aba “MULAI” dan menyerang sesudah ada-aba “BERHENTI” dari wasit, menyebabkan lawan cidera (harus penjelasan peratiuran pertandingan)
f.       Mengumul, mengigit, mencakar, mencengkram dan menjambak (menarik rambut/jilbab, (perlu penjelasan peraturan pertandingan menggunakan jilbab)
g.  Menentang, menghina, merangkul, menyerang, mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, meludahi, memancing –mancing dengan suara berlebihan terhadap lawan maupun terhadap aparat pertandingan (Delegasi Teknik, Ketua Pertandingan, dewan juri dan Wasit Juri).
h.     Melakukan pelanggaran terhadap aturan pertandingan.
i.       Memegang, menangkap atau merangkul sambil melakukan serangan.
2.      Pelanggaran ringan
a.     Tidak menggunakan salah satu kaidah.
b.     Keluar dari gelanggang secara sengaja atau tidak sengaja
c.      Merangkul lawan dalam proses pembelaan.
d.      Melakukan serangan dengan teknik sapuan depan/belakang, guntingan sambil merebahkan diri lebih dari 1 kali dalam 1 babak dengan tujuan untuk mengulur waktu.
e.     Berkomunikasi dengan orang luar dengan isyarat atau perkataan.
f.      Kedua pesilat pasif atau bila salah satu pesilat pasif lebih dari 5 detik.
g.     Berteriak berlebihan selama pertandingan.
h.      Lintasna serangan yang salah.
i.       Mendorong dengan sengaja yang mengakibatkan pesilat/lawan keluar garis bidang laga.
3.      Kesalahan teknik pembelaan :
a.      Serangan yang sah dengan lintasan dengan serangan yang benar, jika karena kesalahan teknik pembelaan lawannya yang salah (elakan yang menuju pada lintasan serangan), tidak dinyatakan sebagai pelanggaran.
b.    Jika pesilat yang kena serangan tersebut cedera, maka wasit segera memanggil dokter. Jika dokter memutuskan pesilat tersebut tidak fit, maka ia dinyatakan kalah teknik.
c.     Jika pesilat yang kena serangan tersebut menurut dokter fit dan tidak dapat segera bangkit, wasit langsung melakukan perhitungan teknik.


6.5 Hukuman
Tahap dan bentuk hukuman :
1        Teguran
a.    Diberikan apabila pesilat melakukan pelanggaran ringan setelah melalui 1 kali pembinaan sesuai ketentuan pasal 9 ayat 6,4,2
b.   Teguran dapat diberikan langsung apabila pesilat melakukan pelanggaran berat yang tidak    menyebabkan lawan cedera.
2 Peringattan I
Diberikan apabila pesilat :
a.      Melakukan pelanggaran berat.
b.      Mendapat tegoran yang ketiga akibat pelanggaran ringan.
Setelah peringatan I masih dapat diberikan tegoran terhadap pelanggaran ringan dalam babak yang sama.
3   Peringatan II
diberikan bila pesilat kembali melakukan hukuman peringatan setelah peringatan I
atau peringatan II masih dapat diberikan tegoran terhadap pelanggaran ringan saat babak yang sama.
4   Peringatan III
diberikan bila pesilat kembali mendapat hukuman peringatan setelah peringatan II dan langsung dinyatakan didiskualifikasi.
Peringatan ke III harus dinyatakan oleh wasit
5  Diskualifikasi
diberikan apabila pesilat :
a.      mendapat peringatan setelah peringatan II.
b.     Melakukan pelanggaran berat yang didorong oleh unsur-unsur kesengajaan dan bertentangan dengan norma sportivitas.
c.     Melakukan pelanggaran berat dengan hukuman peringatan I atau minimal teguran I, namun cidera tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
d.     Setelah penimbangan 15 menit sebelum pertandingan, berat badannya tidak sesuai dengan kelas yang diikuti
e.      Pesilat terkena doping
Diskualifikasi doping adalah gugurnya hak seorang pesilat, untuk mendapat mendali/peringkat juara.


6.6  Penilaian
1. Ketentuan Nilai (Konsep Lama)
Nilai Prestasi Teknik
  • Nilai 1
serangan dengan tangan yang masuk pada sasaran, tanpa terhalang oleh tangkisan, hindaran atau elakan lawan.
  • Nilai 1+1
tangkisan, hindaran atau elakan yang berhasil memunahkan serangan lawan, disusul dengan serangan dengan tangan yang masuk pada sasaran.
  • Nilai 2
serangan dengan kaki yang masuk pada sasaran, tanpa terhalang oelh tangkisan .
  • Nilai 1+2
tangkisan yang berhasil memunahkan serangan lawam, disusul menyerang dengan menggunakan tendangan kaki, dan mengenakan sasaran tanpa di hindari.
  • Nilai 3
teknik jatuhkan yang berhasil menjatuhkan lawan.
  • Nilai 1+3
tangkisan/tangkapan yang memunahkan serangan lawan, disusul oleh serangan dengan teknik jatuhkan yang berhasil menjatukan lawan


  1. Menang mutlak
  • Penentuan menang mutlak ialah bila lawan jatuh karena serangan yang sah dan tidak dapat bangkit. Maka setelah hitungan wasit ke 10 dan tidak dapat berdiri tegak dengan sikap siap pasang.
  • Menang W.P.A / Wasit Menghentikan Pertandingan
  • Menang jika pertandingan tidak seimbang.
  • Menang Undur diri
  • Menang apabila lawan tidak datang ke gelanggang (Walk Over)


  1. Menang Diskualifikasi
  • Lawan mendapat peringatan III setelah melakukan peringtan ke II


  • Lawan melakukan pelanggaran berat yang diberikan hukuman langsung diskualifikasi.
  • Melakukan pelanggaran tingkat I dan lawan cidera tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
  • Pesilat yang menang diskualifikasi karena keputusan dokter pertandingan diperbolehkan bertanding untuk babak selanjutnya jika mendapat izin dari dokter pertandingan.
  • Pada saat penimbangan berat badan tidak sesuai dengan ketentuan.
  • Pesilat tidak dapat menunjukan surat keterangan sehat sebelum pertandingan.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Pencak silat adalah adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas lebih dikenal di negara-negara Asia maupun Eropa. Terbukti dari banyaknya organisasi-organisasi pencak silat yang tumbuh dengan pesat, seperti:  PERSILAT di Indonesia, IPSI, PESAKA di Malaysia.
Berkembangnya seni pencak silat tidak terlepas dari sejarah awal mulanya berdiri pencak silat. Berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia yang berusaha untuk mempertahankan dirinya dari ancaman dan tantangan alam, Kerajaan-kerajaan besar yang memiliki prajurit dan pendekar-pendekar yang siap berperang, Pahlawan nasional bangsa Indonesia, seperti pangeran Diponegoro yang melawan penjajah, sampai pada akhirnya bela diri berkembang seiring berkembangnya jaman.

Saran
Pencak silat merupakan salah satu warisan yang patut untuk terus dijaga dan dikembangkan. Melalui serangkaian proses perputaran zaman sampai pada akhirnya pencak silat menjadi hak paten sebagai cabang olahraga yang diakui baik dari nasional maupuan internasional. Maka sudah sepatutnya pencak silat harus terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan.